Kamis, 18 Desember 2008

KODOK SEBAGAI INDIKATOR PERUBAHAN IKLIM




Suatu ketika aku melihat artikel tentang Kodok. Dan aku baru tahu kalo Kodok dan Katak itu beda, Menurut beberapa sumber yang ada ada perbedaan antara keduanya. Seperti yang ku kutip dari http://sains.wordpress.com/2008/01/16/samakah-katak-dengan-kodok/ bahwa katak dan kodok itu memang mirip tapi jelas sekali bedanya. Berikut penuturannya :


Katak memang sangat mirip dengan kodok. Karena punya banyak kesamaan, saintis pun memasukkan keduanya ke dalam keluarga besar Anura (amfibi tak berekor).

Meski mirip, katak dan kodok adalah dua jenis hewan yang berbeda.

Bila memang keduanya berbeda, bagaimana kita membedakan katak dengan kodok? Apa ciri umum yang membedakan keduanya?

Ciri umum katak (frog):

* tubuh langsing
* kulit basah (lembab), tipis, dan halus
* kaki panjang, sehingga dapat membuat lompatan yang jauh

Contoh katak: Rana esculenta, Rana tigrina.

Ciri umum kodok/bangkong (toad):

* tubuh lebar (besar)
* kulit kering, tebal, dan kasar
* kaki relatif pendek yang menjadikan lompatannya hanya berjarak pendek

Contoh kodok: Bufo americanus, Bufo marinus.

(by: adi.nugroho on: 16 Januari 2008 )

Kodok dan perubahan lingkungan

Bahkan Kodok juga bisa digunakan sebagai indikator yang relatif mudah terhadap perubahan lingkungan. Hellen Kurniati seorang peneliti Bidang Zoologi, Puslit Biologi-LIPI dalam blognya http://teknologitinggi.wordpress.com/2008/12/17/kodok-adalah-binatang-paling-rentan-terhadap-perubahan-cuaca-dan-akan-punah-paling-awal mengatakan bahwa kodok adalah kelompok binatang yang sangat peka terhadap perubahan lingkungan, seperti polusi air, perusakan hutan, ataupun perubahan iklim. Karena kepekaan mereka, amfibi dapat dijadikan indikator perubahan lingkungan.
Hal ini mudah saja dan logis. Ketika terjadi perubahan pada iklim, maka si kodok akan kesulitan menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Hanya sedikit yang bisa bertahan, akhirnya mereka akan punah sedikit demi sedikit.
Dalam hal ini Hellen juga mengatakan bahwa ancamana utama yang dihadapi kodok adalah hilangnya habitat, polusi lingkungan, pemanfaatan dan penyakit yang diakibatkan oleh jamur dan virus.
“Kerusakan hutan di Pulau Jawa juga berdampak pada status jenis kodok yang terdapat di dalamnya, terutama jenis-jenis yang endemik, yang tidak terdapat di pulau lain,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, di Jakarta, Selasa (25/11).

Tindakan

Kita sudah banyak melihat sisi gelap perkembangan industri. Semua yang menawarkan kemajuan ternyata diiringi oleh kevakuman tentang kelestarian lingkungan. Semua sudah cuek. AKhirnya yang dirugikan adalah mahluk hisup lain, yang lambat laun akan menimpa kita juga. Makanya sedini mungkin kita berupaya buat selalu "takut" pada kerusakan yang mungkin akan terjadi nanti. Perubahan iklim dan cuaca yang begitu ekstrim sudah kita rasakan. APa yang harus kita lakukan ?....
Rawat lingkungan sekitarmu SEKARANG JUGA